Waduk Setupatok terletak di Desa Setupatok Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Waduk ini dibangun oleh Belanda sekitar 90 tahun lalu. Waduk ini cukup lama dibangun tahun 1921 hingga 1927. Di daerah ini, konon dahulu kala sering terjadi banjir. Sungai Nanggela, yang mengaliri melalui desa setu sering meluap dan membanjiri desa setu dan sekitarnya. Apalagi di musim hujan, desa setu dan sekitanya telah menjadi langganan banjir. Tentu hal ini membuat masyarakat desa setu dan sekitarnya merasa tidak nyaman dan sengsara bila banjir datang. Bukan itu saja, pertanian masyarakatpunmenjadi rusak dan bahkan kadang sampai membuat gagal panen. Tentu persoalan ini merupakan persoalan yang sangast serius bagi masyarakat.
Ternyata persoalan masyarakat tersebut dpikirkan dengan sangat serius oleh seorang tokoh kharismatik desa setu yang juga masih keturunan Pangeran Luwung yaitu Kiai Entol Rujitnala. Selain disegani, Kiai Entol Rujitnala terkenal sangat sakti. Sebagai pemuka masyarakat yang sangat peduli dengan berbagai persoalan yang di hadapi oleh masyarakat, Kiai Entol Rujitnala terus berfikir bagaimana caranya agar masyarakat desa setu dan sekitarnya terhindar dari banjir.
Maka dengan di bantu oleh seluruh masyarakat, Kiai Entol Rujitnala membuatan bendungan untuk menampung luapan sungai Nanggela yang sering mengakibatkan banjir. Namun setelah bendungan jadi, kesengsaraan masyarakat desa setu dan sekitar belum juga surut. Bendungan yang dibuat kiai entol rujitnala dan masyarakat, ternyata belum mampu menahan luapan sungai Naggela. Kalau tidak bocor, kadang bobol. Hal ini membuat Kiai Entol Rujitnala terus berfikir keras bagaiman membuat bangunan bendungan yang kokoh. Sudah berkali-kali bendugan itu di perbaiki, namun setiap kali ada banjir selalu saja bocor, dan bahkan malah bobol.
Karena tekadnya yang kuat untuk menolong masyarakat, akhirnya kiai entol rujitnalan memutuskan untuk membangun kembali bendungan dengan cara sayembara itu di umumkan siapa saja yang sanggup untuk membangun bendungan yang kokoh sekaligus tidak terjadi lagi banjir, akan dinikahkan dengan utrinya yang cantik dan elok rupawanj yaitu Nyai Ratu Randulawang.
Setelah sayembara di umum kan, datanglah seorang pemuda yang gagah dan digdaya. Ia memperkenalkan dirinya bernama Muqoyyim seya menjelaskan kehadirannya untuk ikut sasyembar. Dengan kerendahan hati dan penuh sopan santun, Kiai muqoyyim mengutarakan bahwa dirinya sanggup menyempurnakan bangunan bendungan setu sebagimana yang diharapkan oleh Kiai Entol Rujitnala, tapi dengan satu syarat yaitu Kiai Entol Rujitnala agar turut membantunya.
Melihat tutur kata yang sopan dan santun serta penampilan yang simpatik serta rendah diri, Kiai Entol Rujitnala bersedia memenuhi persyaratan yang dianjukan oleh Kiai Muqoyyim.
Tidak beberapa lama sesuai pembicaraan, keduanya berangkat menuju bendungan. Setibanya di bendungan, Kiai Muqoyyim langsung memasang patok di setiap sudut bendungan. Kemudian dari kantong jubahanya, Kiai Muqoyyim mengeluarkan seutas benang. Benang benang itu lalu dililitkan dari satu patok ke patok yang lainnya. Maka terpancanglah benang dari satu patok ke patok yang lain. Masyarakat yang melihat ulah kiai muqoyyim tentu terheran-heran. Untuk apa gerangan seutas tali yang dililitkan dari satu patok ke patok yang lain? Kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul dari masyarakat yang melihat ulah Kiai Muqoyyim.
Selasai memasang benang, Kiai Muqoyyim kemudian duduk bersila di samping kiai entol rujitnala. kiai muqoyyim munajat kepada allah, begitupun kiai entol rujitnala. Kedua tokoh tersebut berdo’a dengan khusyu’ kepada Allah SWT. Dan saat itu, berkat pertolongan dan izin allah, tiba-tiba terjadi keajaiban. Benang yang dililitkan pada patok-patok tadi, berubah menjadi sebuah bendungan yang kuat dan kokoh bagai bukit beton yang tak terpecahkan.
Kejadian tersebut selain menakjubkan masyarakat, juga di sambut gembira oleh masyarakat desa tersebut. Harapan masyarakat agar desanya tidak dilanda banjir kembali, akan menjadi kenyataan. Dan memang benar, setelah kejadian tersebut, desa setu dan sekitarnya tidak pernah kebanjiran lagi. Masyarakat dapat menanam padi, palawija dan tanaman yang lainnya tanpa takut terkena banjir bahkan sebaliknya, periran menjadi semakin baik dan lancar walaupun masa kemarau datang. Dan karena itulah desa ini dinamai desa setu patok. Artinya bendungan dari patok.
Sesuai dengan ketentuan sayembara, bahwa siapa saja yang mampu memperbaiki bendungan sehingga dapat menahan luapan sungai naggela, akan dijodohkan dengan Nyi Ratu Randulawang. Karena yang mampu membuat bendungan adalah Kiai Muqoyyim, maka ia dinikahkan dengan putri Ki Entol Rujitnala yaitu nyi ratu randulawang. Konon, karena nyi ratu randulawang mendapat jodoh Kia Muqoyyim melalu pinangan sayembara, maka Nyai Ratu Randuwalang terkenal dengan sebutan nyai pinang.
0 comments:
Post a Comment